Kepribadian Indonesia

0 komentar


Kepribadian indonesia
1.      Sadar akan hak, kewajiban dan tanggungjkawab, etis moril dan politis terhadap kepentingan bangsa dan negara yang ditampilkan dalam wujud keteladanan yang baik.
2.      Dengan sadar mentaati hukum dan UUD 1945, memiliki disiplin pribadi serta disiplin sosial dan kesadaran nasional yang teguhdan tidak sempit (chauvinism).
3.      Berpandangan jauh kedepan, memiliki tekasd perjuangan untuk mencapai taraf kehidupan bangsa yang lebih tinggi di dasarkan pada kemampuan objektif dan kekuatan kolektif bangsa indonesia.
4.      Aktif dan kreatif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya dalam bidang pembangunan nasional dan pembanguna politik.
5.      Mampu menilai ulang gagasan asing dan nilai-nilai asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
Harapan:
·         Manusia unggul (cerdas) secara intelektual
·         Anggun secara moral
·         Kompeten menguasai IPTEK
·         Memiliki komitmen tinggi untuk berbagai peran sosial

Seorang Sarjana diharapkan memiliki tiga jenis pengetahuan:
1.      Kemampuan personal/personality, kemampuan kepribadian
Yaitu seorang sarjana diharapkan memiliki pengetahuan sehingga mewujudkan sikap, tingkah laku dan tindakan yang mencerminkan kepribadian indonesia, memahami dan mengenal nilai-nilai agama, kemasyarakatan dan kenegaraan.
2.      Kemampuan akademik
Yaitu kemampuan komunikasi ilmiah, lisan dan tulisan, berfikir logis, kritis, sistematik, analitik.
(rasional, empiris, general(umum), sitematis, metodologis, akumulatif)
3.      Kemampuan profesional
Yaitu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi dalam bidang profesinya.


POSISI DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
A.    Terjadinya Lapisan-lapisan Dalam Masyarakat ( stratifikasi sosial )
Adanya sistem berlapis-lapisan di dalam masyarakat, dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu, tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Yang biasanya menjadi alasan terjadinya lapisan-lapisan dalam masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalahkepandaian, tingkat umur (yang senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta, dalam batas-batas tertentu.
Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa dimana-mana ada sistim berlapis-lapisan. Ukuran-ukuran yang dapat dipergunakan juga bermacam-macam, kita dapat mengadakan pelapisan masyarakat atas dasar stabilitas emosinya, kemampuan berolahraga, pengetahuan mereka tentang kebudayaan latin dari abad-abad menengah, warna rambutnya, jumlah kawan-kawannya, reputasi nenek moyangnya dan selanjutnya.
Sifat sistim berlapis-lapisan di dalam suatu masyarakat, dapat bersifat tertutup (closed social stratification) dan ada pula yang bersifat terbuka (open social stratification). Yang bersifat tertutup, tidak memungkinkan pindahnya seorang dari lapisan ke lapisan yang lain, baik yangn merupakan gerak ke atas maupun ke bawah. Di dalam sistim yang demikian itu satu-satunya jalan untuk masuk menjadi anggauta dari suatu lapisan dalam masyarakat adalah karena kelahiran. Sebaliknya di dalam sistim yang terbuka, setiap anggauta masyarakat mempunyai eksempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak beuntung untuk jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan di bawahnya.pada umumnya sistim yang terbuka ini memberi perangsang yang lebih besar kepada setiap anggauta masyarakat untuk memperkembangnkan kecakapannya, dan karena itu, maka sistim tersebut lebih sesuai untuk dijadikan landasan pembangunan masyarakat dari ada sistim yang tertutup.
Sistim yang tertutup, dengan jelas dapat dilihat dalam masyarakat India yang berkasta, atau di dalam suatu masyarakat yang feodal, atau dalam suatu masyarakat dimana berlapis-lapisnya bergantung pada perbedaan-perbedaan rasial. Apabila kita meninjau masyarakat India, sistim pelapisan disana sangat kaku dan menjelma dalam diri kasta-kasta. Sistim kasta di India, telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Istilah untuk kasta dalam bahasa India adalah “yati” sedangkan sistimnya disebut “varna”. Menurut kitab Rig-Veda dan kitab Brahmana dalam masyarakat India kuno dijumpai empat varna yang tersusun dari atas ke bawah dan terdiri dari kasta-kasta brahmana (kasta dari pendeta-pendeta yangn dipandang sebagai lapisan tertinggi, ksatrya (kasta orang-orang bangsawan dan tentara yang dipandang sebagai lapisan kedua), vaicya (kasta para pedagang yang dipandangs ebagai lapisan menengah (ketiga)),dan sudra (kasta orang-orang biasa (rakyat jelata)). Mereka yang tak berkastajadi tidakmasuk sistim varna adalah golongan paria. Susunan kasta tersebut sangat kompleks dan hingga kini masih di pertahankan dengan kuat sekali, walaupun orang-orang India kadang-kadang tidak mengakuinya.suatu sistem stratifikasi yang tertutup dalam batas-batas tertentu juga di jumpai pada masyrakat Bali. Menurut kitab-kitab suci orang Bali masyrakat terbagi dalam empat lapisan yatu, brahmana, satrya, vesia, dan sudra. Ketiga lapisan petama biasa disebut “triwangsa” sedangkan lapisan terakhir disebut juga “jaba” yang merupakan lapisan dengan jumlah warga terbanyak diantara masyarakta Bali.  

B.     Perlunya Sistim Berlapis-lapisan dalam Masyarakat
Masyarakat menghadapi dua persoalan, yaitu menempatkan individu-individu tersebut dan mendorong mereka agar melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Apabila misalnya semua kewajiban tersebut selalu sesuai dengan keinginan-keinginan si individu-individu tersebut dan seterusnya, maka persoalannya tak akan terlalu sulit untuk dilaksanakan. Tetapi kenyataan tidaklah demikian, kedudukan-kedudukan dan peranan tertentu sering memerlukan kemampuannya dan latihan-latihan tertentu, dan pentingnya kedudukan-kedudukan dan peranan-peranan tersebut juga tidak terlalu sama. Maka tak akan dapat dihindarkan lagi bahwa masyarakat harus menyediakan beberapa macam sistim pembalasan jasa sebagai pendorong agar si individu mau melaksanakan kewajiban-kewajibannya yang sesuai dengan posisinya dalam masyarakat. Maka, mau tidak mau ada sistim berlapis-lapisan dalam masyarakat oleh karena gejala tersebut  sekaligus memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat yaitu penempatan individu dalam tempat-tempat yang tersedia dalam struktur sosial dan mendorongnya agar melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan kedudukan serta peranannya. Maka, oleh sebab itu pada umumnya warga lapisan atas upper-class tidak terlalu banyak apabila dibandingkan dengan lapisan menengah middle-class dan lapisan bawah lower class yang apabila digambarkan, berwujud sebagai piramida dibawah ini.



Gambaran yang sederhana tersebut di atas merupakan gejala yang umum yang kadangkala mempunyai kekecualian. Dan seperti diuraikan sebelumnya wujud sistim berlapis-lapisan dalam masyarakat serta banyaknya jumlah lapisan-lapisan, tergantung dari penyelidik yang meneliti suatu masyarakat tertentu, penyelidik-penyelidik mana mempunyai dasar-dasar serta titik tolak masing-masing.
                                                                    
RURAL COMMUNITY (MASYARAKAT PEDESAAN) DAN URBAN COMMUNITY (MASYARAKAT PERKOTAAN)
Fokus of interest dalam pemenuhan kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan).
Dalam masyarakat yang modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan.perbedaan tersebut sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana. Oleh karena dalam masyarakat-masyarakat modern betapapun kecilnya sutu desa pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota, sebaliknya pada masyarakat-masyarakat sederhana pengaruh dari kota secara relatif tidak ada. Yang dimaksud masyarakat perkotaan atau urban community adalah mayarakat kota yang tidak tertentu jumlah penduduknya.

PERBEDAAN MANUSIA BARAT DAN TIMUR


BARAT
TIMUR
Pengetahuan
·         Mengutamakan akal sebagai alat penalaran dan memperoleh pengetahuan.
·         Abstraksi sangat penting dalam memahami hidup.
·         Pengetahuan berguna untuk menguasai dunia.
·         Mengutamakan hati yuang merupakan alat pemersatu akal dan intuisi atau intelegensi dan perasaan.
·         Menekankan pada simbolyang sifatnya konkret.
·         Pengetahuan berguna untuk menjadi bijaksana dalam menghadapi hidup yang sulit.
Sikap terhadap alam
·         Mempunyai motivasi untuk menguasai alam karena manusia barat berjarak dengan alam.
·         Muncul eksploitasi dan ekspansi,
·         Menghormati alam karena menganggap alam dan manusia satu kesatuan yang tak terpisahkan (holistik).
·         Muncul harmonisasi.
Cita-cita hidup
·         Manusia barat mempunyai sikap aktif, mereka aktor adri kehidupan dan terus berpetualang dalam hidupnya.
·         Nilai tertinggi dalam hidup datang dari dalam, menerima keadaan, mengumpulkan pengalaman, mengintegrasikan diri dan waktu demi kesempurnannya.
Status personal
·         Menghargai hak individu sehingga membentuk pribadi yang percaya diri, terus terang, relistis, dan “berani menjadi”.
·         Keberadaan manusia baru berarti apabila ia tidak memisahkan diri dari masyarakat dan berpikir secara sosial-kolektif.